Berbagi ilmu yang baru aku
ketahui saja yaa…
Kalau terdapat kesalahan, yuu
saling mengkoreksi…
Waktu melakukan praktikum titrasi
iodometri, menggunakan bahan-bahan:
- Na2S2O3.5H2O : Baku Sekunder
- KIO3 : Baku Primer
- Amylum 1% : Indikator
- H2SO4
- KI
Pembakuan larutan Na2S2O3 dengan KIO3
Percobaan ini menggunakan metode
titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium
direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi
dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi
thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi reaksi :
Oksidator + KI → I2
I2 + 2Na2S2O3
→ 2NaI + Na2S4O6
Natrium tiosulfat dapat dengan
mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja
sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen
atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena
itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar
primer. Natrium tiosulfat merupakan suatu zat pereduksi, dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
2S2O32-
→ S4O62- + 2e-
Pembakuan larutan natrium
tiosulfat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat,
tembaga, dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat
atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya. Namun pada
percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat
adalah kalium iodat standar.
Larutan thiosulfat sebelum
digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan
terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan
kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi
bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah
menjadi coklat kehitaman. Fungsi
penambahan asam sulfat pekat (H2SO4) dalam larutan
tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium
iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman
rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut
IO3-
+ 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
Indikator yang digunakan dalam
proses standarisasi ini adalah indikator amilum 1%. Penambahan amilum
yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa
semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap.
Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran
sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.
Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi
pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada
pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang
kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.
Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral dititrasi dengan natrium
thiosulfat, maka :
I3-
+ 2S2O32- → 3I-
+ S4O62-
S2O32-
+ I3- → S2O3I-
+ 2I-
2S2O3I-
+ I- → S4O62- + I3-
S2O3I-
+ S2O32- → S4O62-
+ I-
Demikian semoga bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar